Desember 14, 2009

Complicated Heart

Desember 14, 2009
Pagi ini aku memiliki komplikasi di kepalaku...

Obrolan bersama Indah tadi malam masih melekat, dan gak tau kenapa tiba-tiba semua pemikiran itu berubah menjadi rasa muak dalam perutku.

Pernikahan...dua temanku menikah minggu ini. Keduanya sudah dokter dan sedang berburu pekerjaan yang tidak berjauhan dengan suami masing-masing.

Tadi malam, aku masih bisa ketawa-ketiwi dengan Indah...mengarang tentang pernikahan kami...
"Kira-kira sama siapa ya aku menikah nanti?"
Indah menimpali, "Din, nanti kalo kamu nikah, aku mau datang ke Bontang. Pokoknya yang jauh-jauh mau kudatangi."
Sambil tertawa aku menjawab, "Cuman modal seragam kebaya kan?" Lalu kami berdua ketawa...tradisi seragam kebaya itu sudah mendarah daging di angkatanku, bahkan salah satu temanku ada yang mengoleksi kebaya pembagian dari teman-teman yang sudah menikah. Membuktikan kalau dia gaul and always being a bridesmaid.

Komplikasinya datang pagi ini saat aku bermain game di komputer.

Saat itu terlintas pemikiran tentang seorang teman yang usianya lebih muda dariku dan akan menikah bulan Januari nanti. Aku pernah dikenalkan dengan calon suaminya, laki-laki yang usianya lebih muda 2 tahun dari calon istrinya. Waktu aku mengajaknya bersalaman, dia hanya mengatupkan kedua tangannya di dada, tanda dia ada seorang ikhwan [pria muslim alias primus], well, akhirnya aku tahu rasanya ditolak berjabat tangan dengan seorang laki-laki semacam ini. laki-laki yang katanya "gak sembarangan menyentuh perempuan" [aku pernah memacari salah satunya beberapa tahun silam, and it's all just a cover].

Then I'm thinking...

This kind of guy..a 'moslem' guy..menginginkan istrinya selalu ada di dalam rumah dan melayaninya. Kalau begitu, ngapain ya perempuan sekolah tinggi-tinggi sampai jadi dokter kalau in the end, the husband gonna keep her in the house?? BIG question. Emang, gak semua menerapkan prinsip seperti itu, but some of them does.

Perempuan seperti sesuatu yang sangat ketergantungan pada laki-laki, menghamba kepada suaminya, karena suaminya kini yang mengambil alih tanggung jawab orang tuanya. Is this the reason why some 'independent' women never want to get married? Karena dia tidak lagi membutuhkan seorang laki-laki untuk bergantung dan mengatur hidupnya? Bagaimana dengan laki-laki yang menginginkan perempuannya mandiri, sampai batas mana perempuan itu harus mandiri?

Seorang perempuan selalu menghadapi dilema, harus memilih peran.

Lalu...

Ada sebuah kisah nyata, dari seorang pasien yang dirawat di bangsal interna akibat komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus. seorang ibu dari 2 anak dan seorang istri dari suami yang sudah menikah lagi. Lihat kan dimana bagian gak adilnya?

Sekarang, ibu ini sudah meninggal. Secara pribadi, aku berkesimpulan bahwa sang suami adalah pembunuhnya, dan mungkin keputusasaannya sebagai seorang perempuan juga membunuhnya. Perempuan ini menghadapi detik-detik terakhir yang sulit, ia tak dapat melepaskan nyawanya dengan rela, harus menderita selama beberapa jam untuk memaafkan. Dari sinilah cerita yang dialaminya beredar.

Ibu ini sudah mengetahui diagnosis dokter tentang penyakitnya [penyakit yang membutuhkan gaya hidup sehat untuk meredamnya]. Dalam kasus ini, faktor psikologis adalah pemicu kematiannya. Sang suami menikah lagi dengan sahabat dekatnya. Lalu perempuan ini mulai membiarkan dirinya menjadi bodoh, tak menjaga diri dari penyakitnya, sampai akhirnya terbaring lemah selama berminggu-minggu di rumah sakit. Selama itu pula, tak sekalipun sang suami datang menjenguk, sampai hari terakhir saat perempuan ini bernapas dengan berat dan terputus-putus. Berusaha merelakan nyawanya tapi ia sulit memaafkan.

I lost my words in this.

Laki-laki bisa seenaknya saja meninggalkan istrinya, menikah lagi, meskipun setiap sel dalam tubuhnya menyadari kalau dia akan menyakiti hati perempuan yang berusaha setiap hari melayaninya segenap hati.

Kalau sudah memahami tanggung jawab sebagai suami, janganlah beranggapan istri adalah suatu beban, atau meninggalkannya untuk meringankan beban. Dan hei, kamu laki-laki yang lain...jangan pernah bilang "suami seperti itu bersalah dan akan mendapatkan hukumannya." NO!! dont you ever said that and make yourself any different than him. Because you have to learn from this event. And hey husbands!! dont you ever leave your wife when she needed you the most.

Kamu menginginkan setiap jiwa dan raga istrimu untuk dirimu sendiri, maka jagalah dengan baik. Perempuan menghadapi dilema dan selalu berusaha menjadi yang terbaik di mata suami dan Tuhannya. Seorang perempuan akan mendampingi suaminya saat terbaring lemah di rumah sakit, memenuhi segala permintaannya meskipun sang suami meneriakinya dengan kasar.

Dont you ever let her down!

Komplikasi yang membingungkan di pagi hari. Why would i think about this anyway..
but we have to learn from this.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Abby © 2008. Design by Pocket Blogger Templates