Januari 02, 2009

Berpisah

Januari 02, 2009
Ali baru pulang dari dinas luar kota saat menemukan dua buah koper besar dan beberapa tumpukan kardus tergeletak di ruang tamu. Siapa yang akan pindahan, batinnya. Malai, sang istri, sepertinya sengaja menunggunya di ruang tamu, berbagai pertanyaan bermunculan dalam benak Ali yang kelelahan. Seminggu ini adalah hari-hari yang berat karena ia harus terus berpindah kota untuk meeting bersama klien dan kepala cabang perusahaannya di setiap kota besar. Tubuh dan otaknya kelelahan, kini harus ditambah dengan hatinya yang mulai retak akibat terlalu banyak beban belum terselesaikan dalam rumah tangganya.
Malai menatap wajah kelelahan Ali, ia sangat mengenal laki-laki yang dicintainya itu tapi ia sudah membulatkan niatnya untuk berpisah dari Ali. Lelaki yang dinikahinya dua tahun lalu.
“Jangan pergi.” Tenggorokan Ali terasa kering saat mengucapkan kalimat itu. Malai beranjak dari sofa, mengulurkan tangan dan meletakkannya di pipi suaminya, mengusap matanya yang kelelahan, lahir dan batin. Air mata mulai merembang di pelupuk matanya, begitu banyak kalimat yang ingin ia keluarkan, tapi tak mampu membuka mulut.
“Beri aku satu alasan untuk tidak melangkah keluar dari pintu itu.” Malai menatap nanar suaminya, wajahnya bersemu merah, menahan tangis.
“I love you.” Jawab Ali singkat, tak mampu menguraikan kalimat panjang seperti saat ia membawakan presentasi mewakili perusahaannya dua hari lalu.
Malai menggelengkan kepalanya. Rupanya kalimat itu tak mampu melunturkan hatinya, tak mampu membuatnya mengurungkan niat. Rasa cinta kurang adekuat untuk membuatnya bahagia dalam rumah besar yang dibangun oleh suaminya yang bekerja sepanjang waktu seperti mesin pencetak uang.
“Beri tahu aku apa yang harus aku katakan agar kau tetap tinggal di sisiku.”
“Tidak ada yang bisa membuatku tinggal. Tidak ada apa-apa lagi di sini untukku.” Malai melepaskan tangan yang membelai wajah suaminya. “Aku harus pergi. Surat-surat perceraian kita ada di atas meja kerjamu.” Malai merasa suaranya berubah menjadi dingin. Ia telah menegaskan niatnya.
* * *

0 komentar:

Posting Komentar

 
Abby © 2008. Design by Pocket Blogger Templates