Januari 21, 2009

Look Around

Januari 21, 2009
my eyes watching all around, my thoughts fly away all around...

Aku tinggal di Makassar hampir 8 tahun, apa yang berubah secara signifikan?
RUKO. Datanglah ke kota ini, maka kalian akan melihat jajaran rumah-toko di sepanjang jalan, pemandangannya memang lebih bersih dan tertata, tidak ada lagi lahan yang diabaikan. tapi banjir meluber kemana-mana, bahkan jalanan di km 4 tembusan dari jalan tol dan jalan utama menuju daerah perkotaan, tergenang kopi susu gratis yang gak enak di mulut. PLUS kemacetan gara-gara angkot yang gak tau sopan santun berhenti seenaknya di pinggir jalan demi mengejar penumpang. Apakah mereka se-desperate itu mencari uang sampai berani membahayakan nyawa pengendara bermotor lainnya. Mustinya sebelum diberi SIM, mereka harus ikut sekolah kepribadian khusus supir. taught them to drive appropriately !!

Masalah lain lagi adalah preman! bayangin aja, di setiap tikungan jalan ada anak-anak atau remaja tanggung yang 'bersedia' membantu memberi aba-aba. Do you know what would they do kalau tanganmu tidak memberi selembar kertas seribuan lewat jendela mobil? they'll scratch your car !! Mereka tidak hanya 'membantu' memandu supir berbelok di tikungan, tapi juga 'membantu' pejalan kaki menyeberang jalan super besar yang kini mengisi jalanan protokol kota makassar. Aku punya cerita aneh soal ini. Beberapa hari lalu, waktu aku baru pulang dari rumah sakit menjenguk temanku operasi, all alone, dan melangkahkan kaki untuk menyeberang jalan di depan rumah sakit Ibnu sina depan UMI, seorang remaja tanggung [of course cowok] membantuku menyeberang jalan tanpa diminta, waktu aku naik angkot, wajahnya tertempel di jendela angkot, aku sama sekali gak berminat memberinya uang sepeser pun. Lalu, seorang ibu-ibu tua yang merupakan satu-satunya penumpang menegurku dengan logat makassarnya 'kasih uang tawwa, kasihan.' Tiba-tiba aja aku menjawab 'kebiasaan.' Beberapa detik kemudian dia berceramah tentang 'anak itu melakukannya demi mencari uang'. Sumpah! kesel banget, aku jawab 'bu, kalo dikasih uang terus-terusan, jadi kebiasaan dan kalo mereka udah gede jadi preman! Kalau mau dapat uang, kan bisa cari kerjaan yang lebih baik.' Then she shut her mouth.
Aku sama sekali gak berpikiran untuk kurang ajar sama orang tua, tapi aku merasa dia gak perlu mengaturku untuk hal-hal yang sudah aku ketahui dengan jelas. Dan, poster super besar yang dipajang di pinggir jalan besar bertuliskan 'dilarang mengemis, kecuali di tempat ibadah' rasanya kurang efektif!

Memang, kalau mempertimbangkan perasaan dan naluri manusiawi, aku juga iba dengan kehidupan mereka. Tidak sekolah, tidak punya keahlian [selain, menyeberangkan jalan atau mengarahkan mobil parkir, dan menodongkan tangan]. Tapi, hidup adalah untuk belajar, dan mereka harus belajar tentang ini! Tidak akan mudah, tapi they have to try. It supposed to be hard. Setiap orang pasti pernah menjalani kesusahan, bukan?
Mereka harus tau, pendidikan adalah modal utama kehidupan yang lebih baik [just like what my mom told me].

Kekesalanku yang lain adalah SAMPAH!! Mau tau apa yang pertama kali terlintas di kepalaku waktu menginjakkan kaki keluar dari Bandara Hasanuddin tahun 2001 silam?
'gila, ini kota besar tapi kok kotor banget yahh?' pandangan itu mulai melekat di kepalaku waktu aku berjalan kaki menyusuri kampus, mulai dari rektorat sampai fakultasku. Rasanya jijik melangkahkan kaki di tempat itu. setiap sudut selalu terkumpul sampah. Sekarang keadaannya udah beda, sedikit lebih baik. Tapi juga gak bisa dibilang bersih. Masih kalah dengan kota kecil bernama bontang. That's what I thought.

"Dimana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung"
I respect this place and everything in it, but I still have my personal opinions.

Come on, Makassar. You could do better !!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Abby © 2008. Design by Pocket Blogger Templates